Sabtu, 29 Agustus 2020

Jaga Ketahanan Pangan dan Tingkatkan Kesejahteraan Petani Lewat Kolaborasi Bango Pangan Lestari

 

Dulu saya begitu asing dengan bibit, tanah, dan pupuk. Meski masa kecil saya dihabiskan di kampung, hanya ingatan berjalan di pematang sawah ketika perjalanan ke sekolah saja yang tersisa dari persentuhan dengan dunia pertanian. Sempat tebersit pertanyaan, “Kenapa ya ada yang ingin menjadi petani? Apa menyenangkannya menghabiskan waktu di sawah ladang bersama tumbuh-tumbuhan?” Jawabannya baru saya dapat setelah datang kesadaran akan pentingnya bercocok tanam. Betapa kompleksnya perasaan saat merawat tumbuhan: hangat, senang, sedih, khawatir, dan lainnya. Ketika menanam bukan sekadar menebar benih di tanah, tapi mengikat komitmen dengan tanaman itu. Saat malas melanda, saya berusaha mengingatkan diri ada tanaman yang menunggu disiram, mereka tak memilih tumbuh di beranda rumah saya, maka saya harus bertanggung jawab merawat mereka.

Saya yakin, di masa pandemi ini, bukan hanya saya saja yang jatuh hati pada dunia pertanian. Tren uban farming menyadarkan kita betapa mudahnya hati kita ditaklukan oleh geliat para kecambah yang terus bertumbuh. Tampaknya kecintaan pada pertanian telah mengalir di tubuh kita diturunkan dari para leluhur, mengingat kita sering didongengi bahwa Indonesia negeri agraris. Hamparan tanah luas nan subur yang bisa ditumbuhi beragam tanaman dengan hasil panen berkualitas tinggi. Namun, dongeng indah itu kerap kali berubah menjadi tragedi saat kita disodorkan realita bahwa ternyata kesejahteraan para petani—mereka yang berada di garda terdepan sebagai prajurit ketahanan pangan—belum terjamin. Apalagi di masa pandemi ini.


Saya bayangkan betapa sedihnya para petani ketika menjual hasil panen dengan harga yang mencekik leher. Padahal butuh ketelatenan berbulan-bulan dalam mengurus sawah dan ladang. Baru beberapa waktu menjalani urban farming saja saya sudah merasakan betapa beratnya saat menebang pohon-pohon jagung yang dijadikan inang kutu, atau betapa harus hati-hatinya menyirami bayam hijau yang halus. Maka wajar saja ketika jumlah petani terus berkurang, sulit melakukan regenerasi. Ditambah masalah lahan pertanian yang makin terbatas.

Di masa pandemi yang berjalan beberapa bulan ini dampaknya memang terasa di semua lini, apalagi perekonomian. Ada 3 kelompok yang paling rentan terdampak menurut Siche (2020), yaitu orang berpendapatan rendah, petani, dan anak-anak. Padahal dari semua sektor ekonomi Indonesia di triwulan II, hanya sektor pertanian yang masih tumbuh. Hal itu dikarenakan pangan memang utama, ada ratusan juta rakyat Indonesia yang mesti dipenuhi kebutuhannya. Semestinya tidak terjadi petani berteriak, konsumen menjerit. Rupanya masa pandemi memberi tantangan besar di logistik. Sehingga petani sulit menyebarkan hasil panen sehingga hanya bisa dijual di pasar lokal dengan harga menyesakkan dada. Banyaknya hotel, restoran, dan katering yang terpaksa tutup juga menyebabkan permintaan bahan pangan menurun tajam. 

Jaga Ketahanan Pangan dan Tingkatkan Kesejahteraan Petani Lewat Kolaborasi Bango Pangan Lestari

Tantangan industri pertanian mesti dijawab oleh kita bersama. Tentunya kita tidak ingin kisah negeri agraris berakhir dalam dongeng ataupun buku sejarah. Dengan meningkatkan kesejahteraan petani masalah regenerasi dapat tertangani. Tapi bagaimana sih cara melindungi kesejahteraan para petani? Solusi diantaranya dengan membenahi rantai distribusi.


Salah satu yang berinisiatif mengambil peran itu adalah Bango lewat program "Bango Pangan Lestari". Bango memang sejak lama telah memperhatikan penghidupan petani dengan berbagai programnya. Seperti program pengembangan komunitas petani kedelai Mallika yang sampai tahun 2018 sudah menaungi 10.500 petani dengan sebaran daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Bango juga menggagas program regenerasi petani melalui “Program Petani Muda” yang telah berjalan sejak akhir 2019. Lingkup kegiatannya sendiri adalah secara intensif membina para pemuda potensial mengenai cara bercocok tanam.


Melihat track record Bango berperan aktif dalam industri pertanian dengan berbagai programnya, saya cukup antusias mengikuti webinar peluncuran “Bango Pangan Lestari” yang digelar 25 Agustus 2020 lalu. Apalagi menyaksikan Nirina Zubir yang tampil bersemangat memandu para narasumber yang menyampaikan paparan bergizi. Dari Bapak Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng (Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia), Ibu Hernie Raharja (Director of Foods and Beverages PT Unilever Indonesia, Tbk), Bapak Rusli Abdullah (pengamat pertanian dan peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance), Mbak Oshin Hernis (Head Of Communications Sayurbox), dan Mas Aria Alifie Nurfikry (Vice President of Marketing TaniHub) saya mendapat suntikan informasi berharga.

Bertujuan untuk pemerataan distribusi agar ketahanan pangan masyarakat terjaga dan kesejahteraan petani meningkat, program “Bango Pangan Lestari” mengandeng Sayurbox dan TaniHub Group sebagai partner kolaborasi. Bango mengajak masyarakat menunjukkan dukungannya dengan membeli produk langsung dari para petani lewat www.bango.co.id/bangopanganlestari dan platform digital kedua e-commerce. Dengan penjualan daring, masyarakat jadi lebih mudah mengakses hasil tani sehingga tidak lagi kesulitan mendapat bahan pangan. Hasil tani yang dijual tidak semuanya mulus, ada juga yang keadaannya imperfect agar seluruh produk panen bisa diwadahi. 

 


 

Program ini juga meliputi pemberian pelatihan-pelatihan bagi petani, seperti pelatihan pembuatan pupuk organik cair dan pelatihan literasi keuangan. Dalam program-programnya Bango mengedukasi cara bertani yang ramah lingkungan sehingga dapat terwujud tersedianya makanan sehat dari planet yang sehat pula. Ke depannya, program ini ingin merangkul lebih banyak petani, karena itu di website-nya tersedia form pendaftaran bagi petani yang berminat menjadi mitra pemasok hasil tani. Program ini juga memiliki kelebihan bagi konsumen, yaitu penyediaan voucher belanja setiap harinya, dan paket-paket masak seperti paket sayum asem kecap Bango untuk pembeli yang ingin praktis. 


Mari berkontribusi membantu para petani, agar penerus bangsa kita kelak merasakan nikmatnya berdiri di pematang sawah sambil memanggul cangkul dengan perasaan bangga sebagai petani di negeri agraris.

2 komentar:

  1. klo mau jual hasil panen harus ada minimum nya engga ka?

    BalasHapus
  2. Belum pernah belanja di TaniHub atau Sayurbox. Jadi pengin nyobain juga. Semoga para petani Indonesia sejahtera. Menanam adalah harapan.

    BalasHapus