Review,
Tentunya ada banyak motivasi yang melatari seseorang memilih melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Seperti bertujuan mendapat pekerjaan lebih baik, meningkatkan kualitas diri maupun status sosial, menimba ilmu, belajar berorganisasi, sampai meluaskan relasi. Apa pun alasannya, semoga menjadi api yang terus membarakan semangat belajar hingga akhir. Seperti Robin Rawis, salah satu wisudawan dari jurusan Teknik Industri pada Wisuda XIII Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STTB) ini. Menurut penuturan istrinya, Enung Heti, suaminya kuliah sambil kerja. Terasa berat pastinya, tetapi Robin tidak menyerah, apalagi mendapat suntikan semangat dari istri dan anaknya. Selama acara berlangsung, saya yang duduk di sebelah anaknya berkali-kali spontan menoleh karena celotehan bocah tersebut yang antusias mencari ayahnya. Mata bocah itu berkilat bangga dan hangat. Sungguh, hal itu mengingatkan saya pada Rasi—anak saya. Dialah yang menjadi alasan saya menyelesaikan kuliah. Saya ingin dia memiliki kebanggaan terhadap saya.
Latar belakang mahasiswa STTB yang beragam, seperti Robin yang bekerja sambil kuliah, membuat saya merasa tak tepat lagi mengucapkan, “Welcome to the jungle”, karena mereka telah terjun jauh sebelumnya ke dunia realitas. Di zaman milenial ini memang tuntutan dunia kerja menjadi semakin keras. Kemampuan yang mesti dimiliki berlipat-lipat. Dalam artikel yang saya baca di youthmanual, LinkedIn—situs bursa tenaga kerja—pada tahun 2017 merilis, setidaknya ada 10 kemampuan yang harus dimiliki untuk terjun di dunia kerja. Beberapa di antaranya adalah kemampuan mengoperasikan software dasar komputer seperti Microsoft office, PowerPoint, dan Excel. Kemudian kemampuan public speaking, kepemimpinan, riset, manajemen, hingga bermedia sosial. Tentunya yang terakhir itu tampak sudah mandarah daging dalam kehidupan perkotaan. Siapa yang tak memiliki setidaknya satu akun di media sosial? Namun, kemampuan bermedia sosial merupakan hal lain, karena meliputi penggunaannya secara positif, seperti menyebarkan gagasan baik.
Acara Wisuda XIII STTB kali ini berlangsung pada tanggal 8 Desember 2018 di Hotel Harris and Convention Festival Citylink. Sebanyak 183 sarjana dilantik pada hari itu, yang terdiri dari 106 Sarjana Teknik Industri, dan 77 Sarjana Teknik Informatika. Mahasiswa STTB sendiri berasal dari berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri, seperti Pulau Jawa, Sumatra, Bali, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Malaysia, Timor Lesti, dan Qatar.
Acara yang berlangsung sejak pukul 8.30 WIB ini berjalan lancar, meriah, dan khidmat. Salah satu bagian yang berkesan bagi saya adalah ketika para wisudawan dan wisudawati mengucapkan terima kasih pada orangtua maupun keluarga atas dukungan mereka selama menempuh pendidikan. Seperti kata orang bijak, “Kesuksesan anak merupakan doa orangtua yang diijabah.” Tari-tarian dan nyanyian turut menyemarakan gelaran ini, menambah warna pada acara. Ketika dibacakan skripsi-skripsi terbaik, riuh terdengar suara-suara semangat para sarjana. Tina Sri Handayani S.Kom, didaulat sebagai pembicara mewakili para wisudawan. Tina merupakan atlet difabel, salah satu prestasinya adalah meraih medali emas pada cabang olahraga lari 200 M pada Pekan Paralimpik Daerah (PEPARDA) V 2018 di Bogor. Hal ini juga menegaskan bahwa STTB merupakan kampus ramah disabilitas.
Suatu ketika saat saya masih menjadi mahasiswa, dalam kegalauan akademis saya sempat berpikir, “Apa sih manfaat kuliah itu kalau pada akhirnya banyak sarjana bekerja tidak sesuai bidang atau jurusannya?” Belakangan saya mendapat jawabannya, kuliah membentuk pola pikir, baik itu sistematis, logis, maupun solutif. Kerangka berpikir itulah yang menjadi dasar atau fondasi untuk berkarya dan terjun berkontribusi dalam masyarakat maupun berbangsa. Meski tidak bekerja di bidang yang sesuai dengan jurusan, tapi ilmu yang dimiliki tetap bisa dimanfaatkan di mana pun. Kata bijak, “Tak berat menanggung ilmu”.
Sebagai sekolah tinggi, tentunya STTB ingin para lulusannya menjadi sarjana-sarjana optimis membangun Indonesia. Apa pun pilihannya, mau jadi pegawai atau wirausahawan, bukan dipandang sebagai pengangguran terdidik. STTB bahkan bekerja dengan beberapa rekanan perusahaan untuk penyerapan lulusan mereka. Untuk itu pula kurikulum selalu dibenahi, agar para sarjana mendapat pendidikan dan pembelajaran tepat mengembangkan potensi dan kemampuan mereka sehingga siap menghadapi sekeras apa pun tantangan global, kemudian mengharumkan bangsa lewat karya.
Selamat pada STTB beserta seluruh jajaran staf pendidik. Selamat pada para wisudawan dan wisudawati. Jalan masih membentang panjang, mari bahu membahu bekerja sama menjadi generasi optimis.
Menjadi Sarjana yang Optimis Membangun Indonesia
Memasuki lobi Hotel Harris and Convention Festival Citylink antrean wisudawan beserta keluarganya sudah mengular di depan lift. Tampak wajah-wajah semringah dan bangga. Pemandangan itu mengantarkan ingatan masa lampau, membuat saya terlempar ke waktu 8 tahun silam, ketika saya diwisuda. Satu pengalaman tak terlupakan karena sebelumnya saya sempat ingin menyerah bergelut di peperangan akademis. Hingga sekarang saya terkadang masih dihantui mimpi-mimpi dikejar momok bernama skripsi. Karenanya saya paham rasa ketika akhirnya bertemu saat-saat wisuda. Sayangnya dulu, saya yang memang terkenal sebagai mahasiswi tukang telat, datang terlambat juga saat wisuda. Sehingga kedua orangtua yang menemani saya tertahan di luar gedung, mesti menunggu pintu dibuka kembali pada detik-detik “Pelantikan Wisudawan”. Untungnya kedua orangtua saya tidak merespons secara dramatis kejadian tersebut.
Tentunya ada banyak motivasi yang melatari seseorang memilih melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Seperti bertujuan mendapat pekerjaan lebih baik, meningkatkan kualitas diri maupun status sosial, menimba ilmu, belajar berorganisasi, sampai meluaskan relasi. Apa pun alasannya, semoga menjadi api yang terus membarakan semangat belajar hingga akhir. Seperti Robin Rawis, salah satu wisudawan dari jurusan Teknik Industri pada Wisuda XIII Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STTB) ini. Menurut penuturan istrinya, Enung Heti, suaminya kuliah sambil kerja. Terasa berat pastinya, tetapi Robin tidak menyerah, apalagi mendapat suntikan semangat dari istri dan anaknya. Selama acara berlangsung, saya yang duduk di sebelah anaknya berkali-kali spontan menoleh karena celotehan bocah tersebut yang antusias mencari ayahnya. Mata bocah itu berkilat bangga dan hangat. Sungguh, hal itu mengingatkan saya pada Rasi—anak saya. Dialah yang menjadi alasan saya menyelesaikan kuliah. Saya ingin dia memiliki kebanggaan terhadap saya.
Latar belakang mahasiswa STTB yang beragam, seperti Robin yang bekerja sambil kuliah, membuat saya merasa tak tepat lagi mengucapkan, “Welcome to the jungle”, karena mereka telah terjun jauh sebelumnya ke dunia realitas. Di zaman milenial ini memang tuntutan dunia kerja menjadi semakin keras. Kemampuan yang mesti dimiliki berlipat-lipat. Dalam artikel yang saya baca di youthmanual, LinkedIn—situs bursa tenaga kerja—pada tahun 2017 merilis, setidaknya ada 10 kemampuan yang harus dimiliki untuk terjun di dunia kerja. Beberapa di antaranya adalah kemampuan mengoperasikan software dasar komputer seperti Microsoft office, PowerPoint, dan Excel. Kemudian kemampuan public speaking, kepemimpinan, riset, manajemen, hingga bermedia sosial. Tentunya yang terakhir itu tampak sudah mandarah daging dalam kehidupan perkotaan. Siapa yang tak memiliki setidaknya satu akun di media sosial? Namun, kemampuan bermedia sosial merupakan hal lain, karena meliputi penggunaannya secara positif, seperti menyebarkan gagasan baik.
Sekilas Mengenai STTB
Sekolah Tinggi Teknologi Bandung saat ini memiliki 3 program studi, yaitu Teknik Industri, Teknik Informatika, dan Desain Komunikasi Visual. Berdiri pada tanggal 5 Oktober 1991 dengan Nomor SK Dirjen DIKTI No: 197/DIKTI/Kep/1992. Sekolah tinggi yang memiliki tagline “Your Partner to Global Competition” ini didirikan dengan tujuan menghasilkan sarjana dan tenaga ahli yang kompeten, sehingga mampu menghadapi tantangan global. Diharapkan juga agar para lulusannya mempunyai jiwa kewirausahaan hingga dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Lebih dari 400 lulusan telah bekerja di berbagai perusahaan, industri, maupun berkontribusi sebagai wirausahawan. Ketua STT Bandung, Bapak Muchammad Naseer, S. Kom, MT, dalam sambutannya pada wisuda ke XIII mengatakan bahwa tahun 2022 STTB go university.
Sekolah Tinggi Teknologi Bandung saat ini memiliki 3 program studi, yaitu Teknik Industri, Teknik Informatika, dan Desain Komunikasi Visual. Berdiri pada tanggal 5 Oktober 1991 dengan Nomor SK Dirjen DIKTI No: 197/DIKTI/Kep/1992. Sekolah tinggi yang memiliki tagline “Your Partner to Global Competition” ini didirikan dengan tujuan menghasilkan sarjana dan tenaga ahli yang kompeten, sehingga mampu menghadapi tantangan global. Diharapkan juga agar para lulusannya mempunyai jiwa kewirausahaan hingga dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Lebih dari 400 lulusan telah bekerja di berbagai perusahaan, industri, maupun berkontribusi sebagai wirausahawan. Ketua STT Bandung, Bapak Muchammad Naseer, S. Kom, MT, dalam sambutannya pada wisuda ke XIII mengatakan bahwa tahun 2022 STTB go university.
Wisuda XIII Sekolah Tinggi Teknologi Bandung (STTB)
Acara Wisuda XIII STTB kali ini berlangsung pada tanggal 8 Desember 2018 di Hotel Harris and Convention Festival Citylink. Sebanyak 183 sarjana dilantik pada hari itu, yang terdiri dari 106 Sarjana Teknik Industri, dan 77 Sarjana Teknik Informatika. Mahasiswa STTB sendiri berasal dari berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri, seperti Pulau Jawa, Sumatra, Bali, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Malaysia, Timor Lesti, dan Qatar.
Acara yang berlangsung sejak pukul 8.30 WIB ini berjalan lancar, meriah, dan khidmat. Salah satu bagian yang berkesan bagi saya adalah ketika para wisudawan dan wisudawati mengucapkan terima kasih pada orangtua maupun keluarga atas dukungan mereka selama menempuh pendidikan. Seperti kata orang bijak, “Kesuksesan anak merupakan doa orangtua yang diijabah.” Tari-tarian dan nyanyian turut menyemarakan gelaran ini, menambah warna pada acara. Ketika dibacakan skripsi-skripsi terbaik, riuh terdengar suara-suara semangat para sarjana. Tina Sri Handayani S.Kom, didaulat sebagai pembicara mewakili para wisudawan. Tina merupakan atlet difabel, salah satu prestasinya adalah meraih medali emas pada cabang olahraga lari 200 M pada Pekan Paralimpik Daerah (PEPARDA) V 2018 di Bogor. Hal ini juga menegaskan bahwa STTB merupakan kampus ramah disabilitas.
Tina Sri Handayani S.Kom (Foto milik Rahmi Aulia) |
Menjadi Sarjana yang Optimis Membangun Indonesia
Suatu ketika saat saya masih menjadi mahasiswa, dalam kegalauan akademis saya sempat berpikir, “Apa sih manfaat kuliah itu kalau pada akhirnya banyak sarjana bekerja tidak sesuai bidang atau jurusannya?” Belakangan saya mendapat jawabannya, kuliah membentuk pola pikir, baik itu sistematis, logis, maupun solutif. Kerangka berpikir itulah yang menjadi dasar atau fondasi untuk berkarya dan terjun berkontribusi dalam masyarakat maupun berbangsa. Meski tidak bekerja di bidang yang sesuai dengan jurusan, tapi ilmu yang dimiliki tetap bisa dimanfaatkan di mana pun. Kata bijak, “Tak berat menanggung ilmu”.
Sebagai sekolah tinggi, tentunya STTB ingin para lulusannya menjadi sarjana-sarjana optimis membangun Indonesia. Apa pun pilihannya, mau jadi pegawai atau wirausahawan, bukan dipandang sebagai pengangguran terdidik. STTB bahkan bekerja dengan beberapa rekanan perusahaan untuk penyerapan lulusan mereka. Untuk itu pula kurikulum selalu dibenahi, agar para sarjana mendapat pendidikan dan pembelajaran tepat mengembangkan potensi dan kemampuan mereka sehingga siap menghadapi sekeras apa pun tantangan global, kemudian mengharumkan bangsa lewat karya.
Selamat pada STTB beserta seluruh jajaran staf pendidik. Selamat pada para wisudawan dan wisudawati. Jalan masih membentang panjang, mari bahu membahu bekerja sama menjadi generasi optimis.
Asyik ya mba hadir di acara wisuda. Mengingat lagi masa lalu. Semoga kembali semangatnya😊
BalasHapusYup,aku juga teringat kenangan 18 tahun lalu saat almarhum papa masih sehat dan bisa hadir di wisudaku. Papa cuma hadir di 2 wisuda anaknya, sedangkan yang 3 lagi, beliau sudah berpulang.
BalasHapusAamiin semoga menjadi generasi optimis :)
BalasHapusAmiin... Semoga sukses selalu ya para wisudawan STTB
BalasHapusMenjadi lulusan S1 yang siap mengaplikasikan ilmunya itu yang dibutuhka saat ini.
BalasHapusEmpat jempol buat mereka yang semangat mencari ilmu
BalasHapusBetul juga ya, Mbak. Banyak mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dan mereka nyata-nyata sudah lebih dulu terjun to the jungle. Salut sekali karena tentu nggak mudah membagi waktu, tenaga, dan pikiran. Keduanya sama-sama membutuhkan tanggungjawab.
BalasHapusSTTB menyiapkan lulusannya untuk bisa terjun langsung di dunia industri.
BalasHapusMasyaa Allah, pastinya tak mudah ya kuliah sambil kerja. Turut bahagia... STTB kereen, benar2 menyiapkan para alumnusnya untuk siap berkarya
BalasHapusSaya dulu juga kuliah sambil bekerja, rasanya nano nano, tapi tetap berusaha menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu, demi masadepan yang lebih baik
BalasHapusSukses STT Bandung
BalasHapusSukses para wisudawan dan wisudawati