GoClean,
Saya punya kebiasaan setiap kali menulis satu karya, di mana tempat pertama kali saya menuliskannya, di situlah saya mesti menyelesaikannya. Sampai ke detailnya, lho. Semacam pakai meja dan kursi yang mana, jangan gonta-ganti. Setia ya anaknya, hohoho. Apakah itu bisa disebut next level bucin? Eh. Saya dan kembaran memberi istilah puitis untuk kondisi itu: Roh karyanya sudah bersemayam di satu tempat yang kami tetapkan pertama kali menulis itu. Makanya paling sebel kalau di tengah-tengah proses mesti pindah tempat. Ngebangun mood nulisnya jadi ampun-ampunan. Mana ritual mau nulisnya juga ngabisin lebih banyak waktu dibanding waktu nulisnya lagi. Semacam memantau keributan di thread Twitter, berenang-renang di Instagram, dan—dan— udahlah itu ritual ngebangun mood bisa sampai saya bikin ‘Tips cara membuang-buang waktu yang efektif dan efisien’.
Dulu, tempat menulis saya berhadap-hadapan dengan kembaran di meja lonjong di rumahnya. Berhubung rumah kami bersebelahan dengan bentuk yang hampir serupa, dan ada connecting door-nya, bebas bangetlah saya keluar masuk sesuka hati. Sekarang, rumah itu dijual, jadi saya kehilangan tempat nulis yang nyaman. Untungnya, sejak beberapa bulan lalu saya kerja freelance di sebuah studio animasi. Ini ceritanya lucu juga. Tiba-tiba di suatu sore di bulan Juni, seseorang yang mengaku teman kuliah menghubungi saya. Sumpahnya saat melihat fotonya di WhatsApp saya clueless banget. Cuman pura-pura iya-iya aja pas ditanya masih inget dia apa enggak. Temen yang 15 tahun enggak kontakan itu menawarkan kerjaan jadi penulis skenario di studionya. Untung ketika ketemu orangnya, beneran orang yang saya kenal. Impian lama sebagai penulis skenario yang sudah lama terkubur itu membuat saya meyanggupi tantangannya. Long story short akhirnya saat enggak punya tempat nulis, saya terbantu banget dengan adanya studio itu. Selain dikasih tempat, saya bisa berinteraksi dengan banyak orang, mana rasa kekeluargaannya juga kentel. Maklumlah ya makhluk goa kayak saya seringnya hanya berinteraksi sama orang di dunia maya. Masalahnya saya tipe yang ketika nulis, denger ada orang bernapas aja udah sebel, hohoho. Studio yang seringnya ramai—beda sama rumah saya dulu yang sepinya kayak di gunung—itu bikin saya belajar nulis dalam keadaan seribut apa pun. Udah syukur-syukur kan ada tempat juga. Karena udah mulai nulis di studio, tiap ke rumah Mama saya usahakan peer-peer nulis sudah selesai dulu. Soalnya kan roh nulisnya udah di studio. Alasan kamu Eva!
Ketika kami ngerjain proyekan—baik itu proyek pesanan dari luar ataupun proyek sendiri—otomatis semua energi tertumpah buat ngerjain tugas masing-masing, jadilah studio berantakan. Tumpukkan gelas dan piring udah kayak di rumah makan, nginjek lantai serasa kayak main di pesisir pantai, toilet seperti wc umum, tumpukkan cucian dan setrikaan saya mirip di tempat laundry-an. Sementara deadline dan jiwa pengin rebahan memanggil-manggil. Ilustrasinya udah lebay, belum? Hohoho. Jadi keingetan Evi yang suka rungsing kalau meja kerjanya acak-acakan, apalagi kalau dia baru beresin terus saya berantakin lagi, selalu terjadi perang saudara—dalam arti harfiah, heuheu. Keadaan studio kayak rumah ditinggal sebulan gitu biasanya ketika Mbak yang suka beberes di studio nggak masuk. Sebagai orang yang enggak pernah memusingkan keadaan tempat kerja, saya nyaman-nyaman aja mau gimanapun situasinya. Tapi namanya studio kan mesti sedia setiap saat buat nerima tamu, keadaan kebersihannya mesti terus terjaga. Jadi, demi studio yang rapi jali, maka kami perlu bantuan dari… GoClean!
Lewat aplikasi GoLife
kami memesan GoClean dengan pilihan Babang GoClean-nya membawa peralatan
kebersihan sendiri. Soalnya di studio alat kebersihannya kan minim. Memang di
aplikasi ada dua pilihan, dibersihin pakai alat pribadi atau mitra GoClean-nya
yang bawa peralatan. Kami meminta bantuan untuk membersihkan ruang kerja,
toilet, beranda, ruang tamu, dan kamar tidur—karena sering pada lembur, di
studio tersedia kamar buat istirahat. Minus menyetrika pakaian, itu mah tanggung
jawab sendiri-sendiri.
Balik lagi ke misi
membersihkan studio. Kami akhirnya mengambil paket regular dengan peralatan
dari GoClean, durasi pengerjaan 2 jam. Layanannya seharga Rp100.000. Oh iya,
durasi maksimal pengerjaan dari GoClean itu 6 jam. Saya ngebayanginnya udah
berasa gempor duluan. Untuk preferensi penyedia jasanya bisa memilih mitra perempuan
atau laki-laki. Mau request khusus atau sedapetnya juga boleh. Kami pilih
preferensi laki-laki. Setengah jam dari pemesanan Babang Rudi datang beserta
perlengkapannya yang dibundel dalam tas bertuliskan GoClean.
Review GoClean: Cerita Saya, Studio, dan Babang GoClean
Saya punya kebiasaan setiap kali menulis satu karya, di mana tempat pertama kali saya menuliskannya, di situlah saya mesti menyelesaikannya. Sampai ke detailnya, lho. Semacam pakai meja dan kursi yang mana, jangan gonta-ganti. Setia ya anaknya, hohoho. Apakah itu bisa disebut next level bucin? Eh. Saya dan kembaran memberi istilah puitis untuk kondisi itu: Roh karyanya sudah bersemayam di satu tempat yang kami tetapkan pertama kali menulis itu. Makanya paling sebel kalau di tengah-tengah proses mesti pindah tempat. Ngebangun mood nulisnya jadi ampun-ampunan. Mana ritual mau nulisnya juga ngabisin lebih banyak waktu dibanding waktu nulisnya lagi. Semacam memantau keributan di thread Twitter, berenang-renang di Instagram, dan—dan— udahlah itu ritual ngebangun mood bisa sampai saya bikin ‘Tips cara membuang-buang waktu yang efektif dan efisien’.
Dulu, tempat menulis saya berhadap-hadapan dengan kembaran di meja lonjong di rumahnya. Berhubung rumah kami bersebelahan dengan bentuk yang hampir serupa, dan ada connecting door-nya, bebas bangetlah saya keluar masuk sesuka hati. Sekarang, rumah itu dijual, jadi saya kehilangan tempat nulis yang nyaman. Untungnya, sejak beberapa bulan lalu saya kerja freelance di sebuah studio animasi. Ini ceritanya lucu juga. Tiba-tiba di suatu sore di bulan Juni, seseorang yang mengaku teman kuliah menghubungi saya. Sumpahnya saat melihat fotonya di WhatsApp saya clueless banget. Cuman pura-pura iya-iya aja pas ditanya masih inget dia apa enggak. Temen yang 15 tahun enggak kontakan itu menawarkan kerjaan jadi penulis skenario di studionya. Untung ketika ketemu orangnya, beneran orang yang saya kenal. Impian lama sebagai penulis skenario yang sudah lama terkubur itu membuat saya meyanggupi tantangannya. Long story short akhirnya saat enggak punya tempat nulis, saya terbantu banget dengan adanya studio itu. Selain dikasih tempat, saya bisa berinteraksi dengan banyak orang, mana rasa kekeluargaannya juga kentel. Maklumlah ya makhluk goa kayak saya seringnya hanya berinteraksi sama orang di dunia maya. Masalahnya saya tipe yang ketika nulis, denger ada orang bernapas aja udah sebel, hohoho. Studio yang seringnya ramai—beda sama rumah saya dulu yang sepinya kayak di gunung—itu bikin saya belajar nulis dalam keadaan seribut apa pun. Udah syukur-syukur kan ada tempat juga. Karena udah mulai nulis di studio, tiap ke rumah Mama saya usahakan peer-peer nulis sudah selesai dulu. Soalnya kan roh nulisnya udah di studio. Alasan kamu Eva!
Ketika kami ngerjain proyekan—baik itu proyek pesanan dari luar ataupun proyek sendiri—otomatis semua energi tertumpah buat ngerjain tugas masing-masing, jadilah studio berantakan. Tumpukkan gelas dan piring udah kayak di rumah makan, nginjek lantai serasa kayak main di pesisir pantai, toilet seperti wc umum, tumpukkan cucian dan setrikaan saya mirip di tempat laundry-an. Sementara deadline dan jiwa pengin rebahan memanggil-manggil. Ilustrasinya udah lebay, belum? Hohoho. Jadi keingetan Evi yang suka rungsing kalau meja kerjanya acak-acakan, apalagi kalau dia baru beresin terus saya berantakin lagi, selalu terjadi perang saudara—dalam arti harfiah, heuheu. Keadaan studio kayak rumah ditinggal sebulan gitu biasanya ketika Mbak yang suka beberes di studio nggak masuk. Sebagai orang yang enggak pernah memusingkan keadaan tempat kerja, saya nyaman-nyaman aja mau gimanapun situasinya. Tapi namanya studio kan mesti sedia setiap saat buat nerima tamu, keadaan kebersihannya mesti terus terjaga. Jadi, demi studio yang rapi jali, maka kami perlu bantuan dari… GoClean!
Pilihan layanan dari GoClean |
Misi GoClean Membersihkan Studio Supaya Makin Nyaman
Biar tempat kerja nyaman lagi, kami memanggil GoClean. Itu loh salah satu
layanan dari GoLife yang nyediain jasa bebersih. Jadinya kita enggak mesti
spare waktu buat beresin studio. Waktu yang ada bisa dikonsentrasikan buat kerja,
kerja, kerja, dan… sesekali curhat. Kan pusing juga kalau kerja bagai kerbau
terus. Oke, ini review GoClean saya.
Menariknya, buat kamu yang ngekos atau tinggal di apartemen, GoClean
nyediain paket spesial yang terjangkau buat sobat hemat seharga Rp60.000. Beda
lagi buat paket apartemen, kalau itu tergantung tipenya. Kisarannya antara
Rp104.000,- sampai Rp178.000,-. Selain itu GoLife juga menawarkan paket langganan, voucher hemat Rp15.000 buat 4 kali kedatangan mitra.
Misi pertama Babang Rudi adalah mencuci toilet. Sekitar belasan menit
Babang Rudi keluar meninggalkan keadaan wc yang udah wangi. Fiuuh, akhirnya bisa
melakukan ritual mencari inspirasi di wc dengan nyaman lagi. Tugas berikutnya
beralih ke kamar tidur bersama yang meskipun keliatan lantainya seuprit, tapi
debunya tebel. Sistem kerja Babang Rudi ini menyapu seluruh ruangan dulu, jadi
sebelum mengepel kamar tidur, beliau menyapu ruang kerja dan ruang tamu dulu.
Barulah seluruh ruangan dipel. Yang asalnya dari toilet cuci kaki berasa enggak
ada bekas airnya, sekarang kaki jadi tetep bersih.
Terakhir, Babang Rudi membersihkan beranda di lantai 2. Tempat itu banyak
pot-pot tanamanannya, temen saya—sebut saja dia Aji, memang nama yang
sebenernya—yang sekaligus pemilik studio hobinya bercocok tanam di pot,
berhubung enggak ada tamannya. Nah, tanah-tanah di pot berceceran ke ubin, jadi
mesti dibersihin juga. Aji ini paling suka diem di kebun potnya sambil main
sama kucing bernama Brandes. Kalau saya sesekali menikmati senja di situ (udah kayak anak indie belum?). Kami jadi seneng setelah ngeliat beranda bersih lagi.
Ruang tamu yang udah bersih |
Dalam waktu kurang dari 2 jam, semua misi kebersihan selesai. Berhubung
masih ada sisa waktu 5 menit, Babang Rudi bertanya apakah dia sudah boleh
pulang? Ya ampun, sopan banget ya.
Studio yang rapi dan bersih bikin saya dan para penghuni studio nyaman. Kan
jadi makin semangat kerjanya. Kamu juga, kalau diimpit deadline sehingga enggak
ada waktu buat beres-beres, bisa panggil GoClean. Kerjaan beres, tempatmu juga tetap
terjaga kebersihannya.
Beranda tempat nongkrong ngeliat senja udah bersih |
0 komentar: